Memperingati Hari Bhakti Bagi Ibu Pertiwi 2010 “Hidup Bersama Tanpa Kekerasan”
Bende Mataram-Sembah Sujud Bagi Ibu Pertiwi!
Salam Indonesia!
Dalam rangka memperingati hari Bhakti Bagi Ibu Pertiwi 1 september Yayasan Anand Ashram bersama National Integration Movement (NIM) mengadakan diskusi publik yang bertemakan Hidup Bersama Tanpa Kekerasan. Para pembiacaranya pun tidak kalah luar biasa dengan menghadirkan beberapa tokoh yaitu, KH. Nuril Arifin (Gus Nuril), DR.Putu Suasta (Aktivis dan Pengusaha), Brahmacharya, Indra Udayana dan Prof.DR. Musdah Mulia. Diskusi seperti biasa diawali dengan lagu-lagu khas tim musik Anand Ashram yang membangkitkan semangat nasionalisme dan cinta tanah air.
Diskusi yang mengundang berbagai elemen masyarakat yang ada di Bali mulai dari pelajar, mahasiswa, organisasi pemuda, pengajar dan dosen, lembaga pemerintahan, perkumpulan spiritual, tokoh masyarakat, agamawan dan banyak lagi. Tema Hidup Bersama Tanpa Kekerasan ini diambil karena melihat kondisi negeri ini dengan berbagai persoalan serius yang dihadapi oleh bangsa ini di antaranya adalah:
· Ancaman disintegrasi bangsa dan konflik horisontal antar etnis serta antar agama
· Ketertinggalan dan ketidakmandirian masyarakat dalam bidang ekonomi
· Adanya upaya-upaya oleh kelompok-kelompok tertentu untuk mengganti Pancasila sebagai Dasar Negara dengan ideologi lainnya yang tidak sesuai dengan karakter bangsa.
· Ketertinggalan dalam percaturan internasional dan masih adanya ancaman terhadap kedaulatan negara.
Diskusi dimulai oleh Prof. DR. Musdah Mulia tokoh perempuan yang sangat pemberani, cerdas, dan tegas. Beliau juga seorang aktivis perempuan. Ibu Musdah memulai diskusi dengan melihat akar dari kekerasan yang terjadi berawal dari rumah tangga, media, kebijakan publik serta pendidikan agama disekolah juga mengakibatkan kekerasan terjadi. Beliau sudah mengalami sendiri bagaimana seorang anak yang sudah memiliki benih kebencian terhadap pemeluk agama lain karena pelajaran agama disekolah. Beliau juga menyayangkan keputusan pemerintah dipengaruhi oleh salah satu organisasi agama saja, misalnya MUI. Padahal posisi mereka sama dengan organisasi keagamaan yang lain.
Br. Indra Udayana memaparkan sekilas tentang apa yang beliau sudah lakukan bersama Ashram Gandhi Puri yang sudah menindaklanjuti pendidikan cinta damai melalui kreativitas anak-anak muda dan juga mengadakan pesraman untuk anak-anak muda. Seni adalah salah satu cara yang ditempuh oleh Br. Indra Udayana untuk menanamkan nilai-nilai cinta.
Dari sudut pengusaha Bapak Putu Suasta lebih menekankan pada mismanagemen pada beberapa bidang misalnya pemerintahan, modal, ekonomi dan masih banyak lagi yang menjadi sebab kekerasan terjadi. Masuknya berbagai pemodal asing yang menguasai bidang-bidang penting di negeri ini juga mengakibatkan kita tidak mandiri sehingga kita di”stir” oleh pihak asing. Misalnya saja BUMN-BUMN yang strategis sebagian besar modalnya dikuasai oleh pemodal asing.
Suasana tiba-tiba berubah menjadi tawa dan cair saat KH. Nuril Arifin alias Gus Nuril mendapat kesempatan untuk berbicara. Beliau sangat lugas, tegas dan blak-blakan, namun dengan bumbu guyon menyampaikan kondisi negeri ini. Keadaan yang paling sederhana yang beliau contohkan adalah saat bulan puasa tiba, memaksakan agar setiap orang untuk menghormati mereka yang puasa. Beliau juga menyoroti ormas-ormas dan partai yang mengatas namakan agama untuk melakukan kekerasan. Misalnya saja FPI, FBR, PKS, dll.
Gus Nuril juga membeberkan keadaan bangsa ini yang perlahan-lahan tapi pasti dibuat tidak memiliki identitas dan landasan yang jelas. Penghianatan terhadap UUD 1945 dan pancasila. Indonesia menjadi negara yang seolah-olah ada, namun sebenarnya tidak ada. Keneranian dan kepekaan beliau membuat peserta berdecak kaget dan kagum dengan apa yang disampaikan Gus Nuril.
Respon yang muncul dari peserta diskusi pun sangat luar biasa. Berbagai elemen masyarakat yang hadir mulai dari mahasiswa sampai dengan tokoh agama yang ikut urun rembuk dan pemikiran merek tentang kondisi bangsa ini. Mereka sangat menyambut baik diskusi ini.
Gus Nurul dan Putu suasta menghimbau agar lebih sering kita berdilaog seperti ini agar terjalin komunikasi antara semua elemen masyarakat dan pemerintah untuk membangun bangsa ini mereka menganjurkan mengadakan diskusi pasar. Beberapa mahasiswa yang samangat dan antusias dengan kehadiran para pembicara pemberani yang mereka idam-idamkan karena para pemuda ini membutuhkan tokoh-tokoh seperti mereka ini yang menjadi panutan mereka.
Antusiasme para peserta dan pembicara secara tidak langsung membawa kita pada tujuan diadakannya diskusi publik ini adalah untuk mendorong terwujudnya pengembangan kesadaran publik akan nilai-nilai kebangsaan dan semangat berbhakti kepada Ibu Pertiwi: Negara Kesatuan Republik Indonesia. Sehingga Tumbuh kesadaran dan tanggung jawab masyarakat dalam berbhakti kepada Ibu Pertiwi demi kejayaan Indonesia. terbentuknya karacter generasi penerus bangsa yang cinta tanah air dan Diteguhkannya kesatuan dan persatuan bangsa di Indonesia, sebagai syarat utama pembangunan di segala bidang berdasarkan nilai-nilai utama dalam Pancasila, UUD 45, dan Bhinneka Tunggal Ika.
Indonesia Jaya!!