Pesta Rakyat National Integration Movement (NIM) Spesial 1 September 2007

pesta  rakyat_sept 2007Menteri Pertahanan Republik Indonesia Juwono Sudharsono telah mencanangkan 1 September sebagai “Hari Bhakti Bagi Ibu Pertiwi” pada Simposium Pertama National Integration Movement (NIM) 1 September 2005 di Gedung Lemhanas, Jakarta. Tahun berikutnya, peringatan “Hari Bhakti Bagi Ibu Pertiwi” dipusatkan di Gedung DPRD Wantilan, Denpasar, Bali.

Tahun ini, peringatan dipusatkan tepat di bawah Tugu Monumen Nasional (MONAS) Jakarta dalam bentuk Pesta Rakyat NIM Spesial, 1 September 2007 pada Pkl. 19:00 WIB dengan tema : “Membangkitkan Nilai Kebangsaan dan Perdamaian.”

Acara ini dihadiri oleh :
1.Tokoh Nasionalis-Spiritualis Anand Krishna, Penggagas NIM.
2.Pendidik-Pengusaha Wanita Prof. Dr. Kemala Motik, MM
3.Staf Khusus Meneg. PP Dra.Pinky Saptandari, MA.
4.Bapak Sanwani dari Kementerian Polhukam.
5.Bapak Utomo Danandjaya dari Paramadina.
6.Prof. Kautzar dari Universitas Islam Nasional (UIN).
7.Bapak Vram dari Yayasan Mahatma Gandhi.
8.Bapak Sinaga dari GMNI.
9.Pakar Pemasaran Bapak Hermawan Kertajaya dari MarkPlus.
10.Penyanyi Senior Ibu Titiek Puspa dan Bapak Bob Tutupoli
11.Para Artis Nasional yang tergabung dalam Stars For Indonesia.
12.Dan teman-teman dari 24 perwakilan NIM di daerah, seperti Bali, Joglosemar, Lampung, Riau, Singapura, dll.

Acara dimulai dengan menyanyikan Lagu Kebangsaan Indonesia Raya oleh seluruh peserta, disusul dengan kata sambutan dari Ketua Panitia, Ir. Made Yudanegara yang mengajak seluruh peserta untuk membangkitkan nilai-nilai kebangsaan dan perdamaian serta merayakan kebersamaan malam ini dalam Pesta Rakyat Spesial NIM dengan semangat memperingati Hari Bhakti Bagi Ibu Pertiwi, 1 September 2007.

Dalam kata sambutannya, Ketua NIM, Maya Safira Muctar, menegaskan bahwa terselenggaranya acara ini adalah wujud nyata dari jawaban sebuah pertanyaan : Apakah kita mampu berkarya tanpa pamrih demi pengabdian pada Ibu Pertiwi? Ternyata kita mampu dan dalam kegiatannya NIM selalu turun ke jalan mengadakan road shows karena NIM ingin bertemu langsung dengan rakyat. Rakyat mempunyai kekuatan, People’s Power. Dan sudah saatnya problem di Indonesia harus bisa diselesaikan tanpa harus menunggu inisiatif dari pemerintah, tapi dimulai dari diri kita anak-anak Ibu Pertiwi.

Penghargaan Bhakti Bagi Ibu Pertiwi
Penghargaan Bhakti Bagi Ibu Pertiwi diberikan kepada Titiek Puspa dan Bob Tutupoli atas sumbangsih beliau-beliau dalam mewarnai perkembangan kebudayaan bangsa. Titiek Puspa dalam kata sambutannya, menyatakan kebahagiannya atas keikutsertaan dalam Pesta Rakyat yang mampu membangkitkan semangat nasional. Tapi beliau sangat mengharapkan bahwa hal mulia seperti ini tidak hanya terjadi di dalam hati tapi juga dalam diterapkan pada perilaku kita sehari-hari. “Kebersamaan dan Persatuan seperti ini jangan hanya berupa slogan-slogan dan omong-omong saja, tapi harus dipraktekkan dalam kehidupan kita sehari-hari,”seru Tante Titiek yang diamini oleh Oom Bob.

pesta2
Bob Tutupoli mengaku prihatin atas benih-benih disintegrasi yang terjadi di Indonesia saat ini terutama disebabkan oleh perbedaan atas nama agama. Beliau mengatakan bahwa para founding fathers bangsa Indonesia tidak pernah bertanya agama apa ketika mendirikan negara ini. Beliau pun menyatakan ketidaksetujuannya atas upaya-upaya untuk mengganti Pancasila sebagai dasar negara bangsa dan mengajak seluruh komponen masyarakat Indonesia bertekat untuk mempertahankan Pancasila sampai titik darah penghabisan.

Sesi Pertama Dialog
Sesi Dialog dalam Pesta Rakyat ini dipandu oleh : Dave Hendrik dan Iwet Ramadhan dengan pembicara : Titiek Puspa, Bob Tutupoli, Vokal Grup Oriental Pertama X-Dragon Evolution, Alena, Suci Indonesian Idol, dan Arya KDI.

pesta3
Dalam sesi ini, sebuah roleplay diperagakan The Torchbearers yang menggambarkan seorang anak tk yang diajari oleh gurunya untuk menolak makanan buatan ibunya sendiri dan bermain dengan teman bermainnya karena berbeda agama. Kemudian para pembicara akan diberi kesempatan untuk menanggapi adegan roleplay yang terinspirasi dari sebuah cerita nyata. Demikian pendapat-pendapat mereka :

Alena
Merasa terkejut dengan cerita ini dan hampir tidak percaya bahwa cerita ekstrim berangkat dari sebuah kisah nyata yang terjadi di Indonesia.

Suci Indonesian Idol
Merasa heran karena “kenapa harus terpisah karena beda agama?” Tapi Suci berpendapat bahwa anak seperti itu tidak boleh ditegur secara tegas dan langsung atas perbuatannya karena akan berakibat buruk bagi perkembangan jiwa anak tersebut karena anak tersebut juga pasti telah dimasukkan doktrin-doktrin seperti itu secara langsung sebelumnya.

X-Dragon Evolution
Mengaku sering mengalami kegugupan dan minder ketika pertama kali tampil dari sebuah event karena merasa fisik mereka berbeda (bermata sipit) dengan yang lainnya. Tapi biasanya kemudian menjadi terbiasa dan semuanya berjalan dengan lancar. Kegugupan itu terjadi karena mereka pernah mendapat perlakuan diskriminatif oleh presenter dan wartawan dalam suatu acara konferensi pers.

Titiek Puspa
“Guru tk yang mengajarkan hal demikian harus … di-brainwashed,” kata Tante Titiek. Biar terdiri dari berbagai latar belakang, Indonesia itu satu bahasa, satu negara dan satu bangsa. “Kita semua adalah makluk ciptaanNya, maka kalo kita hidup akur dan damai, rasanya akan nikmat sekali,” ujar Tante Titiek sambil menceritakan sebuah pengalaman pribadi dengan seorang wanita yang berprofesi sebagai kupu-kupu malam.

Wanita itu sangat berharap mendapatkan pendamping hidup untuk mencintai dan dicintai, dan hal ini dicurahkan kepada Tante Titiek “Wanita itu kebetulan beragama kristen (karena memakai salib) sedangkan saya adalah muslim. Tapi kemudian kami berdoa dengan cara kami masing-masing, sampai begitu khusyuknya sehingga tercipta rasa haru yang mendalam di antara kami. Kami sampai berpelukan dalam tangisan. Beberapa bulan kemudian, tiba-tiba wanita ini mengabarkan kepada saya bahwa dia sudah mendapat pendamping hidup. Alhamdullilah kata saya dan terbukti, ternyata doa orang kristen dan doa orang Islam, keduanya dikabulkan dan didengar Tuhan karena Tuhan cuma satu, “kata Tante Titiek dengan penuh haru. “Jadi jangan ribut lagi deh, apalagi soal agama, please …pleasee!!”

Bob Tutupoli
“Sudah 30 tahun, saya hidup dalam perkawinan dengan istri yang berbeda agama, “ ujar Oom Bob, “Kadang ada pengajian di rumah kami, tapi kadang juga ada persekutuan doa. Tidak pernah ada masalah karena kami saling menghormati satu sama lain. Makanya, jangan melihat perbedaannya, tapi lihat juga persamaannya.”

Arya KDI
“Dalam keluarga besar kami di Bali, kami mempunyai beberapa anggota keluarga yang menikah dengan pasangan yang berbeda agama. Salah seorang paman saya menikah dengan seorang wanita beragama Islam. Seorang paman yang lain menikah dengan seorang wanita beragama Kristen. Kami hidup dengan harmonis sebagai keluarga besar,” kata Arya yang mengaku tidak pernah merasa minder dalam menjalankan karir biarpun berasal golongan minoritas beragama Hindu-Bali. Dia siap untuk merantau di Jakarta dengan merangkul semuanya.

Sesi Dialog 2
Sesi Dialog 2 diawali dengan peragaan Role Play yang menggambarkan keadaan Indonesia yang terpuruk akibat masuknya barang-barang Impor yang murah. Dalam sesi ini, Dave Hendrik dan Iwet Ramadhan masih berduet memandu acara dengan pembicara Dr. Kemala Motik, MM, Sarwana dari Grup Musik Warna, dan Ivy Batuta. Inilah tanggapan mereka masing-masing :

Sarwana Warna
Sarwana pernah mengalami kejadian lucu ketika tampil di Amerika Serikat. Seorang temannya sangat berbangga dengan sebuah pakaian yang dibelinya di negeri Paman Sam ini. Tapi ketika dilihat label pakaiannya, ternyata tertulis Made in Indonesia. “Ternyata produk bangsa kita juga bagus-bagus. Tapi kenapa kita menjadi tidak bangga?” tanya Sarwana dengan penuh keheranan.

Ivy Batuta
Menurut Ivy, dirinya tidak masalah memakai baju-baju batik produksi Indonesia karena memang bagus-bagus. Tapi manajemen, promosi dan distribusi produk-produk Indonesia perlu diperbaiki supaya lebih marketable dan naik image-nya.

Prof. Dr. Kemala Motik, SE, MM
Menurut pengusaha sukses ini, sudah saatnya, bangsa Indonesia mencanangkan untuk memakai baju daerah satu hari dalam seminggu. “Tampil etnik” kata Dave Hendrik menimpali. Karena, Malaysia saja sudah mulai mengklaim bahwa Batik itu berasal dari negeri jiran itu.

Kualitas produk Indonesia sebenarnya sudah baik dan siap bersaing dengan produk-produk luar, tapi kekurangan utama bangsa Indonesia adalah tidak adanya marketing untuk produk-produk dalam negeri. Pemerintah dan Rakyat Indonesia harus menyadari pentingnya strategi marketing bagi penjualan produk-produk dalam negeri. “Kita sendiri harus berani dan percaya diri dalam mempromosikan Indonesia,” kata beliau.

Sesi dialog ke-2 ini pun beralih topik ke masalah pendidikan yang dianggap sebagai biang keladi ketidakpercayaan diri masyarakat Indonesia dalam mempromosikan Indonesia. Maka ke-2 pemandu acara pun bertanya tentang keadaan pendidikan di Indonesia kepada para pembicara :

Sarwana Warna
Sarwana merasa bahwa ongkos pendidikan di Indonesia itu, terutama di kota-kota besar sangatlah mahal sehingga banyak orang-orang kota bersekolah di pinggiran kota atau desa untuk menekan ongkos pendidikan, tapi berarti juga penurunan kualitas pendidikan.

Ivy Batuta
Sedangkan Ivy, yang mengaku produk sekolah negeri, berpendapat bahwa pendidikan tidak hanya diperoleh dari lembaga-lembaga pendidikan formal seperti sekolah atau universitas, tapi juga dari kemampuan dan kebiasaan masyarakat untuk selalu belajar memperluas wawasan dengan membaca buku.

Prof. Dr. Kemala Motik SE, MM
Beliau secara tegas mengatakan bahwa bila Indonesia mau mengejar ketinggalannya dalam bidang pendidikan dibandingkan negara-negara maju, maka pemerintah Indonesia harus berani memberikan fasilitas pendidikan gratis pada rakyat, terutama dari tingkatan TK sampai SMU.

Deklarasi Koperasi Spiritual Anand Krishna
Acara dilanjutkan dengan deklarasi Koperasi Anand Krishna Jakarta menyusul deklarasi Koperasi Anand Krishna di Bali (12 Juli) dan di Semarang (27 Juli) sebagai Koperasi Spiritual Pertama di Indonesia.

Dalam kata sambutannya, Ketua Koperasi Anand Krishna Jakarta, Muhammad Dian Martin mengatakan bahwa tujuan koperasi ini didirikan adalah untuk broadcasting kesadaran selain urusan jual-beli. Dan, sebagai langkah konkrit, maka belum 2 bulan sejak dideklarasikan, Koperasi Anand Krishna Bali sudah menerbitkan buku Voice of Indonesia, yang berisi tulisan-tulisan Bapak Anand Krishna dari berbagai media di Indonesia maupun luar negeri. Secara simbolis, 9 orang penerbit buku ini, yakni Wayan Sayoga, P. Sri Pujiastuti, Wayan Srima, Marhardika, Putu Kusuma, Adidharma, Wayan Sumadyana, Swadharma, dan Edy Suparyasa menyerahkan copy buku pertama kepada Bapak Anand Krishna.

Dalam kesempatan ini, Bapak Anand Krishna bercerita bahwa ketika India merdeka dan Pakistan lahir, semua warga perantauan India mendapatkan pilihan untuk menjadi Warga British Subjek, Warga Negara India atau Warga Negara Pakistan. Ayah dari Bapak Anand Krishna memilih menjadi Warga Negara Indonesia karena Pancasila dan Bung Karno.

Tapi sekarang, banyak pihak-pihak yang sedang merong-rong Pancasila sebagai dasar negara bangsa Indonesia. “Kedaulatan yang sudah di tangan anda-anda semua akan ditarik kembali. Apakah kita rela?” tanya Bapak Anand Krishna berapi-api, “Bila tidak rela, maka saatnya KITA BERSUARA!

Sebelumnya, Bapak Anand Krishna ingin memberikan judul “Think on these things” pada buku ini, tapi ketika Kerry B Collision, seorang pemerhati Indonesia, menganjurkan untuk merubah judul buku ini menjadi “Voice of Indonesia,” bukan “The Voice of Indonesia,” karena buku ini menyuarakan suara dari bangsa Indonesia, bukan satu-satunya suara dari Indonesia.
pesta4
Buku ini juga akan diluncurkan oleh orang-orang Amerika Serikat di Los Angeles, California tepat pada tanggal 11 September 2007 dalam rangka memperingati Tragedi Pemboman World Trade Center di New York pada tahun 2001 lalu. Tapi ketika mereka menghubungi dan mengabari Konsulat Indonesia di Los Angeles, tidak ada respon apapun dari mereka. “Inilah promosi kita,” kata Bapak Anand Krishna seraya melanjutkan, “Diskriminasi terjadi di mana-mana. (Karena) Bila nama saya Adnan Krishna, maka (mungkin) responnya akan berbeda. Tapi tidak apa-apa karena ini (Indonesia) adalah negara saya, Ibu saya dan saya bertekat bahwa sebelum saya mati, saya akan meninggalkan Indonesia yang lebih baik.”

Bapak Anand Krishna pun memberikan buku-buku ini kepada beberapa tamu kehormatan, antara lain : Bob Tutupoli, Titiek Puspa, Utomo Dananjaya, Prof. Kautzar, Sanwani dari Polhukam, Dra. Pinky, Staf Khusus Kementerian PP, Vram dari Yayasan Mahatma Gandhi, Sinaga dari GMNI dan Hermawan Kertajaya dari MarkPlus.

Stars For Indonesia
Kemudian, acara dilanjutkan dengan penandatanganan Deklarasi Stars For Indonesia oleh para artis dan selebriti yang hadir pada malam hari ini sebagai wujud nyata mereka untuk tetap menjaga persatuan dan kesatuan bagi Indonesia yang satu dan damai. Selain Deklarasi Stars For Indonesia, ada 2 prasasti lain yang ditandatangani pada malam ini, yaitu Prasasti Peringatan Hari Bhakti bagi Ibu Pertiwi 1 September 2007 dan Prasasti Piagam Deklarasi Koperasi Anand Krishna.

Perayaan Ulang Tahun Bapak Anand Krishna

Perayaan Ulang Tahun Bapak Anand Krishna

Usai peringatan “Hari Bhakti Bagi Ibu Pertiwi, ” perayaan terus berlangsung dengan merayakan hari ultah Bapak Anand Krishna yang jatuh pada tanggal yang sama, 1 September dengan acara pemotongan kue. Pesta dilanjutkan dengan nyanyian lagu-lagu oleh Grup Musik The Torchbearer dan diakhiri dengan Olahraga Tertawa NIM seperti yang biasa dilakukan di Monas setiap 2 minggu sekali.

Usai mengikuti peringatan “Hari Bhakti Bagi Ibu Pertiwi”, seperti yang dilansir dari DetikNews (3/907), Bapak Anand Krishna mengatakan bahwa disintegrasi masih menjadi ancaman yang serius di Indonesia. Masih banyak orang yang membicarakan hal-hal yang tidak selaras dengan Pancasila dan Bhineka Tunggal Ika.”Kita ada penelitian di Amerika, bahwa selama 10 tahun mendatang ada kemungkinan kita bisa menjadi 5 negara,” ujar spiritualis lintas agama terkemuka, Anand Krishna.

Jika Indonesia sampai terpecah, lanjut pria kelahiran Solo, Jawa Tengah, itu pihak asinglah yang akan mengambil keuntungan. Seluruh kekayaan alam yang dimiliki negeri ini akan hilang.”Orang asing itu menunggu kapan kita terpecah belah dan kapan kita bisa dieksploitasi,” imbuhnya. Menurutnya, bahaya disintegrasi,dengan demikian sangatlah besar. Karena itu, semua pihak harus mewaspadai dan mengantisipasinya. “Kalau kita masih menganggap tidak ada bahaya itu, saya kira lelucon. Kita harus menjaga keutuhan bangsa, kalau tidak Indonesia hanya akan tinggal nama saja,” ujar pria keturunan India itu.

Prasasti Pertama
Peringatan Hari Bhakti bagi Ibu Pertiwi
Jakarta, 1 September 2007

Kelahiran kita pada saat ini untuk menjalankan tugas mulia. Kita dilahirkan untuk berbhakti bagi Ibu Pertiwi. Kita dilahirkan untuk melayani sesama tanpa diskriminasi. Kita dilahirkan untuk melayani dunia dengan cinta. Karena itu, dengan semangat kebangsaan yang dijiwai oleh “Bhineka Tunggal Ika”, marilah kita berbhakti mewujudkan kejayaan Indonesia dan perdamaian dunia.
Indonesia Jaya.

Penandatangan Prasasti :
Anand Krishna
Maya Safira Muchtar
Bob Tutupoli
Titik Puspa
—–ooooo000ooooo——

Prasasti Kedua

Piagam Deklarasi Koperasi Anand Krishna

Dilandasi rasa prihatin mendalam terhadap situasi ekonomi Indonesia yang masih belum mandiri serta masih belum terwujudnya kesejahteraan rakyat yang merata di negeri ini, maka kami dari Yayasan Anand Ashram, berniat mengembalikan koperasi sebagai “soko-guru” perekonomian bangsa seperti yang digagas oleh Bung Hatta – Bapak Koperasi Indonesia, dengan mendirikan Koperasi Anand Krishna secara serentak di provinsi Bali, Daerah Istimewa Jogjakarta, Jateng dan DKI Jakarta.

Koperasi yang didirikan ini didasari semangat spiritualitas, berdasarkan kekeluargaan, dengan kesadaran untuk melayani sesama dan “berdikari secara ekonomi.” Melalui Koperasi Anand Krishna ini, kami bertekad memajukan koperasi sebagai salah satu wahana spiritual untuk saling asuh dan mencintai seperti satu keluarga yang harmonis.

Bertepatan dengan peringatan “Hari Bhakti bagi Ibu Pertiwi” 1 September 2007, Yayasan Anand Ashram, yang telah berafiliasi dengan Perserikatan Bangsa-Bangsa, mendeklarasikan berdirinya Koperasi “Spiritual” pertama di Indonesia secara nasional dan diberi nama “Koperasi Anand Krishna.” Indonesia Jaya.

Atas Restu dan Berkah Guruji Anand Krishna.

Deklarator :
Liny Tjeris – Yayasan Anand Ashram.
Dian Martin – Ketua Koperasi Anand Krishna Jakarta
Frans Polanen – Bendahara Koperasi Anand Krishna Jakarta
Made Edy Suparyasa – Ketua Koperasi Anand Krishna Bali
Dr. Joko Pramono MM – Ketua Koperasi Anand Krishna Joglosemar.

Saksi :
Prof. Dr. Kemala Motik, SE, MM.

—–ooooo000ooooo—–

Prasasti Ketiga

STARS FOR INDONESIA

Bersama National Integration Movement (NIM),
Kami, bagian dari Anggota Masyarakat Indonesia, yang mewakili
Berbagai latar belakang agama yang berbeda,
Bertekat (Berikrar/Berkomitmen) kembali,
Mengobarkan Api Semangat Bhinneka Tunggal Ika,
Dalam diri kami masing-masing,
Dan menyebarkan kepada seluruh anak bangsa Indonesia,
Untuk menciptakan Indonesia Satu dan Damai.

Hari Bhakti Bagi Ibu Pertiwi
Sabtu, 1 September 2007
Lapangan Monas, Jakarta
Kami Berjanji.

Penandatangan :
Titik Puspa
Bob Tutupoli
Warna
Arya KDI
Alena
Suci Indonesia Idol
Andika Perdana
Ivan Ray
X-Dragon Evolution
Ivy Batuta
Dave Hendrik
Iwet Ramadhan
Anita Ayu
Dra.Pinky Saptandari, MA – Staf Khusus Meneg. Peranan Perempuan